Diskusi Smart Energi Bersama Pakar, Muhamad Reza

Nara Sumber: Muhamad Reza

Profil Singkat Nara Sumber:

Muhamad Reza adalah  seorang peneliti utama di bidang energi di Swedia. Saat ini ia menjadi project manager di pusat riset bidang power system di ABB, Swedia.

ABB adalah perusahaan raksasa dalam bidang electrical engineering. Perusahaan itu merupakan satu dari tiga terbesar di dunia, selain General Electric dan Alstom/Siemens. Tidak banyak orang Indonesia yang bekerja di R&D department perusahaan raksasa dunia. Keberadaannya termasuk elemen penting yang akan membangun komunikasi dunia akademisi dan juga dunia industri.

Selain itu, lulusan S-1 ITB terbaik (penerima Ganesha Prize) dan S-2, S-3 TU Delft ini bergabung dalam kelompok kerja IEEE dalam bidang desain jaringan pembangkit listrik tenaga angin. Sebagai peneliti, ia menjebatani ilmu dengan aplikasinya. Ia bertugas menjalin kerja sama dengan universitas di Belanda, Belgia, Norwegia, Italia, Amerika. (Sumber: Media Indonesia)

Waktu Wawancara: 7 Desember 2016

Pewawancara: Fajar Sidik Adi Prabowo

Media: Skype


 

Tanya: Apa peran terwujudnya Smart Energy bagi tercapainya visi Bandung Smart City yang dicanangkan oleh Ridwan Kamil?

Jawab:

Smart grid ada dua definisi, smart energy dalam artian energy yang handal, energy yang handal terkait dengan semua aspek smart city. Seperti smart surveillance, smart government, smart payment itu tidak akan berjalan kalau listrik mati. Handal kearah kontinuitas. Dalam arti kata tidak mati, tidak kurang. Tidak ada pemadaman, merupakan prioritas yang pertama jika Bandung ingin menjadi smart city. Smart energy dalam arti kata energi listrik yang reliable bisa mendukung semua infrastruktur smart city merupakan prioritas utama, atau satu dari sedikit prioritas awal.


Tanya: Berdasarkan wawancara atas perwakilan pemkot Bandung, Smart Government adalah dimensi Smart City yang paling diprioritaskan dan dijadikan sebagai fondasi bagi implementasi dimensi Smart City yang lain. Menurut Anda, apakah menurut prioritas ini sudah tepat? Dan apakah keterkaitan terwujudnya Smart Government terhadap terwujudnya Smart Energy di Kota Bandung?

Jawab:

Terdapat 2 dimensi, yang paling penting adalah infrastruktur smart city.

Infrastruktur smart city ada 2 yang teknis: yang pertama Smart energy bahwa listrik supply nya cukup dan handal. Yang kedua Infrastruktur dari jaringan telekomunikasi atau jaringan digital yang akan digunakan untuk menghubungkan semua smart. Jika dikatakan smart government menjadi hal yang utama hal tersebut dilihat berdasarkan prioritas dari sisi mana yang paling terasa. Berbicara mengenai dua hal yang berbeda, itu aplikasinya. Aplikasi akan terbentuk setelah smart city terbentuk, kemudian hal tersebut akan digunakan sebagai kontrol atau efisiensi. Kalau untuk kontrol/efisiensi kependudukan atau tata kota bisa saja Smart government itu penting. Karena membuat regulasi jadi lebih mudah. Baru akan mendukung yang lainnya seperti payment, energy efisiensi, dan smart grid atau security dari sisi surveillance atau transportasi. Smart government bukan smart city nya, sedangkan smart city yang harusnya jalan yaitu energy nya cukup, infrastruktur IT nya cukup, baru edukasi masyarakat dan pejabat, kemudian bagaimana infrastruktur yang ada bisa dipakai untuk memperbaiki government, sedangkan untuk prioritas jika hambatannya resource dari pemerintah silahkan memilih smart government terlebih dahulu, tetapi jika infrastruktur nya ada, finance, education, government, health system, dan transportation sama pentingnya.


Tanya:  Sejauh mana kewenangan dari pemerintah daerah khususnya pemerintah kota dalam menjamin kontinuitas pasokan energy di kota nya?

Jawab: Kewenangan pemerintah daerah, khususnya pemerintah kota dalam menjamin kontinuitas pasokan energy memiliki kekuatan untuk menekan penyedia atau meminta penyedia menyediakan listrik yang cukup walaupun hal tersebut sebenarnya merupakan tanggung jawab PLN jika di Indonesia. Jika terdapat keterbatasan dan membutuhkan support dari pemerintah pusat itu lain soal, tapi pemda bisa memberikan kode requirement bahwa ini yang saya perlukan, lebih ideal jika terdapat kesulitan dari penyelenggara listrik (PLN), pemda bisa membantu secara signifikan, missal menyediakan Right of Way, yaitu hak-hak dimana jaringan-jaringan penyedia listrik bisa dibuat, pemda dapat berkontribusi. Pemda tidak memiliki kemampuan regulasi untuk mengatur kontinuitas energy disebuah kota, hal tersebut masih jauh. Sebetulnya pemda merupakan bagian dari customer. Pemerintah kota bisa membuat demand dalam bentuk requirement.


Tanya: Seberapa efektif atau efisien pengelolaan energy di Kota Bandung?

Jawab:

  1. Kehandalan supply yang mendukung smart city.
  2. Efisiensi, efisiensi ada dua arahan:
    1. Efisiensi segi energy yang digunakan optimal,
    2. Carbon foot print nya minimal.

Energy yang minimal tidak ada pada 10 item smart city bandung, tetapi berbicara mengenai penghematan energy, seperti contoh system smart city bandung pada penerangan lampu jalan yang dapat dikontrol menyala pada saat dibutuhkan saja. Bisa dikontrol atau menghimbau atau menstimulasi pada gedung-gedung yang ada di kota bandung untuk menghemat energy.


Tanya: Pola konsumsi masyarakat bagaimana masyarakat mengkonsumsi listrik, bagaimana pemerintah mengkonsumsi listrik, maka hal tersebut menjadi control dari pemerintah kota. Masalah efisiensi kelihatannya pengaruh pemerintah terhadap efisiensi tingkat penggunaan energy jauh lebih tinggi dari tingkat efektifitas penggunaan energy dari sisi kontinuitas pasokan.

Jawab:

Untuk pasokan pemerintah memiliki peluang untuk memberikan demand yang tepat kepada penyedia listrik, dan bantuan jika diperlukan untuk mempermudah birokrasinya. Dari pengguna listrik pemerintah bisa lebih aktif melakukan penghematan, dapat membuat skema dimana penggunaan energy dapat dihemat. Pemerintah daerah mempunyai wewenang membangun pasokan listrik yang memanfaatkan asset daerah, seperti misalnya pembangkit listrik tenaga sampah atau pembangkit listrik tenaga matahari yang dipasang di atap-atap bangunan yang luas dengan insentif-insentif tertentu kepada pemilik bangunan atau kepada pemerintah sendiri, jadi berbicara mengenai efisiensi yang pertama pemerintah kota dapat mengontrol sehingga penggunaan listrik di Kota Bandung bisa dihemat dengan cara smart, misalnya lampu di jalanan, beban yang ada pada control pemerintah kota dapat dikontrol dengan efisien dan dioptimalkan dengan jaringan smart city tersebut. Kedua jika carbon foot print nya diperkecil pemerintah dapat memberikan smart city dalam arti kata smart building karena tidak terlihat bahwa ada smart building, jadi bangunan-bangunan itu diberi insentif jika memasang solar panel di atap.


Tanya: Perbandingan Rasio berapa persen dikonsumsi oleh pemerintah berapa persen dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya?

Jawab:

Banyak hal-hal social ditanggung PLN atau tarif subsidinya ditanggung PLN, seperti penerangan jalan raya. Peran pemerintah membantu bahwa infrastruktur smart city itu dapat digunakan untuk penghematan, jadi overall secara total dapat terjadi penghematan di kota bandung, jika terdapat meteran di kota bandung perkara subsidinya itu pihak siapa itu nomor dua, yang utama adalah bahwa smart city bandung adalah kota yang hemat.

Keterkaitan smart energy dan smart environment seperti di kota bandung pemerintah sudah menerapkan bio digester, dan menghasilkan sebuah gas tertentu yang dapat digunakan sebagai bagian dari energy alternative terbarukan. Pertama adalah factor yang memungkinkan adanya smart city karena mensupply semua peralatan di smart city, yang kedua smart energy sebagai sector di dalam smart city.


Tanya: Salah satu aplikasi smart energy dimana penggunaan daya listrik atau energy dapat disesuaikan dengan pola hidup/kebiasaan dari satu orang atau masyarakat atau kelompok orang, seolah-olah system dapat belajar menggunakan data yang sangat besar atau big data dan di mining. Jadi bisa dipetakan misalnya perilaku masyarakat, kebutuhan masyarakatnya, dan dalam bentuk seperti apa? 

Jawab: 

Catatan seperti itu sudah ada dan dilakukan oleh PLN. Tetapi dititik-titik di gardu listrik, monitoring seperti itu belum sedetail itu di rumah perumah, tapi di level area-area sudah. Kalau mau ditingkatan yang belum smart city itu yang bisa dilakukan adalah apakah data per area itu atau bahkan rumah-perumah itu bisa terhubung, atau bisa dalam bentuk langsung dari m2m dari meteran warga ke apps di smartphone, karena tahap smart city yang masih kurang pertama data selama ini masih levelnya bulky, masih agregat data, personalisasi dari data itu langkah pertama tapi langkah yang paling penting untuk smart city adalah bagaimana orang dapat mengambil manfaat dari dia tahu data pengukuran tersebut. Untuk pemakaian di rumah tangga itu belum terlalu signifikan, karena orang masih belum terlalu bisa fleksibel, tetapi jika melihat ke depan yang bisa menarik itu jika nanti misalkan untuk smart city yang cukup ambisius terdapat komunitas signifikan dari sepeda listrik di Bandung. Disitu mereka dapat memanfaatkan data, untuk membuat mereka menghitung dimana mereka untuk mencharging sepeda. Hal tersebut merupakan langkah yang masih panjang, tetapi disitu bisa dibilang kombinasi database yang banyak akan signifikan karena ketika punya sepeda yang menggunakan listrik dan terhubung ke apps akan tahu konsumsi listrik sepeda itu atau transportasi, kita tahu kapan harus mengisi dan dimana. Disitu baru kita mempunya pilihan seperti kita akan melakukan isi pulsa untuk telepon.

System energy yang bisa secara otomatis dapat beradaptasi dengan gaya hidup manusia itu masih jauh, tetapi manusia mulai bisa beradaptasi dengan adanya pasokan informasi untuk melihat konsumsi listrik di keseharian.

….

to be continue…..


Selengkapnya bisa menghubungi Fajar Sidik Adi Prabowo di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *