Diskusi Smart Environment Bersama Pakar, Sobirin Supardiyono

Topik: Smart City, Smart Environment

Tanggal wawancara: Rabu, 30 November 2016

Tempat: PUSAIR, Jl. Juanda 193, Bdg, seberang utara Pasar Simpang Dago, di samping Jl Kidang Pananjung/
Ruang: Gedung Utama, Lantai 4

Nara Sumber : Supardiyono Sobirin, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda/ DPKLTS

Pewawancara: Fajar sIdik Adi Prabowo

Hasil diskusi : Validsi Wawancara M2M Bandung- Smart Environment

Tanya: Apa peran terwujudnya konsep Smart Environment bagi tercapainya visi Bandung Smart City yang dicanangkan oleh Ridwan Kamil?

Tujuan pertanyaan:

  • Untuk mengetahui keterkaitan terwujudnya Smart Environment dengan dimensi Smart City yang lain
  • Untuk menilai seberapa besar dampak/ peran terwujudnya Smart Environment bagi terwujudnya visi Smart City secara keseluruhan
  • Untuk membantu informan memfokuskan perhatiannya pada pokok bahasan wawancara

Jawab :  Secara aspek, konsep smart city diidentifikasi pada enam sumbu dimensi yaitu: ekonomi pintar (smart economy), mobilitas pintar (smart mobility), lingkungan pintar (smart environment), masyarakat pintar (smart people), kehidupan cerdas (smart living) dan pemerintahan pintar (smart governance).

Ada pendapat bahwa untuk mencapai predikat sebagai smart city, tidak semua dimensi wajib diterapkan, dikatakan sebuah kota dapat memfokuskan satu dimensi saja dalam penerapan konsep smart city. Namun menurut saya, hal itu tidak benar karena masing-masing aspek saling terkait satu dengan lainnya, saling mengungkit, tidak dapat dipisahkan, tidak dapat ditinggalkan. Berdasar Analytic Hierarchy Process (AHP), yang saya coba buat, maka urutannya adalah sbb:

Urutan prioritasnya: smart governance 48,8% dng tuntutan clean and capable, smart people 34,9%, smart living 6,9%, smart economy 6,4%, smart environment 2,0%, smart mobility 1,0%

Dalam pembangunan kota yang berkelanjutan secara ekologi, harus dipenuhi tiga dimensi besar yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, yaitu: Kesejahteraan warga, Kemakmuran wilayah, Kelestarian lingkungan.

Berdasar butir (1) dan (2) bahwa smart environment adalah bagian dari smart city, karena pada dasarnya pembangunan sebuah kota harus berbasis pada “building with nature”. Tanpa lingkungan yang lestari dan smart environment, akan sulit tercapai kemakmuran wilayah dan kesejahteraan warga, dan aspek smarts yang lain.

———————————————

Tanya: Mengapa Anda berpendapat demikian? 

Filosofi pembangunan berkelanjutan termasuk pembangunan kota adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Tanya: Apakah yang menjadi dasar dari pendapat Anda?

Dalam UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan dalam mukadimah menimbang, sbb:

  1. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak  asasi  setiap  warga  negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
  2. bahwa pembangunan      ekonomi      nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan  berdasarkan  prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

——————————————-

Tanya: Berdasarkan wawancara atas perwakilan pemkot Bandung, Smart Government adalah dimensi Smart City yang paling diprioritaskan dan dijadikan sebagai fondasi bagi implementasi dimensi Smart City yang lain. Menurut anda, apakah prioritas ini sudah tepat? Dan apakah keterkaitan terwujudnya Smart Government terhadap terwujudnya Smart Environment di Kota Bandung?

Tujuan pertanyaan:

  • Memiliki tujuan yang sama dengan poin 1.1 di atas
  • Dapat berperan sebagai pertanyaan alternatif bagi pertanyaan poin 1.1 di atas
  • Untuk membantu informan memfokuskan perhatiannya pada pokok bahasan wawancara

Jawab: 

  • Ya, berdasar AHP sudah tepat
  • Smart Governance akan mengungkit aspek smart environment.

—————————————-

Tanya: Sejauh mana partisipasi warga Bandung dapat mempengaruhi keberhasilan dari program Smart Environment di Kota Bandung?

Tujuan Pertanyaan:

  • Memeriksa sejauh mana studi dengan perspektif warga kota berperan dalam kesuksesan program Smart Environment

Jawab:  Sampai saat ini dampak partisipasi warga Bandung masih sangat rendah dalam hal menuju sukses smart environment, sehingga aspek ini masih raport merah

——————————————

Tanya: Mengapa demikian? Apa yang menjadi dasar dari pemikiran Anda?

Jawab: 

Semangat partisipasi masyarakat dapat dikatakan telah cukup tinggi, namun masih sporadis, tidak terarah, penyuluh dari pemerintah kota sangat minim, anggarannya pun tidak optimum. Sosialisasi dan pemberdayaan sekedar menggugurkan kewajiban program, hit and run. Proyek selesai, maka tugas dianggap selesai, tidak peduli keberlajutan yang harus dilakukan masyarakat.

Dasar fakta di lapangan antara lain program sejuta biopori yang tidak berlanjut, program tempat sampah di pinggir jalan yang bahkan tempat sampahnya hancur dan hilang, kantong plastik berbayar yang hanya selintas tidak berlanjut, urban farming yang tidak berlanjut, sampah berserakan dan dibuang sembarangan di mana-mana, dll. Perencanaan mungkin matang, pelaksanaan dilakukan, evaluasi dan monitoring tidak dilakukan, sehingga tidak dapat diukur outcome-nya.


Tanya: Berdasarkan riset awal, banjir menjadi salah satu perhatian warga Bandung. Seberapa besar potensi manfaat program Smart Environment dalam menanggulangi bencana banjir di Kota Bandung?

Tujuan Pertanyaan: Mengukur potensi manfaat program Smart Environment dalam menanggulangi bencana banjir di Kota Bandung

Jawab:  Potensi program smart environment sama sekali belum terlihat dalam menanggulangi banjir Kota Bandung, walaupun data dan informasi telah mudah diakses dari internet.


Tanya: Apa saja kendala dari penanggulangan bencana banjir di Kota Bandung?

Jawab: 

  • Pemerintah kota kurang memahami bahwa konsep penanggulangan banjir Kota Bandung harusnya bedasarkan kepada pembangunan yang disesuaikan dengan alam (building with nature).
  • Drainase Kota Bandung sangat minim, sebagian besar adalah drainase lama warisan jaman kolonial Belanda, yang tidak lagi memenuhi persyaratan hidrologis saat ini.
  • Pemerintah kota tidak mampu menertibkan permukiman yang menempati sempadan sungai dan drainase.
  • Warga sulit diajak untuk ikut berpartisipasi dalam penanggulangan banjir Kota Bandung, misal: bahkan membuang sampah sembarangan, dll

Tanya: Bagaimana program Smart Environment seharusnya dapat mengatasi kendala tersebut? 

Jawab: 

Program smart enivornment untuk dapat mengatasi kendala tsb, antara lain:

  • Potensi tenaga penyuluh lingkungan supaya ditingkatkan jumlah dan kualitasnya untuk sosialisasi dan pemberdayaan agar warga kota sadar lingkungan.
  • Para birokrasi dan aparat di pemerintahan kota (pejabat-pejabat) supaya bisa memberi contoh produktif agar banjir Kota Bandung dapat di atasi, misalnya di kantor-kantor pemerintah dan di rumah para pejabat terdapat sumur resapan, biopori, infrastruktur panen hujan, agar bisa dicontoh oleh umum.
  • Gerakan Mengurangi dan Mengendalikan Banjir Kota Bandung secara kesemestaan berwawasan lingkungan, dengan insentif dan disinsentif. Saat ini teknologinya hanya memindahkan banjir ke tempat lain. Gerakan ini termasuk agar setiap rumah harus memiliki sumur resapan, biopori, dll, dengan insentif yang melaksanakan mendapat sertifikat hijau, dan yang tidak melaksanakan mendapat sanksi berat. Saat ini Kota Bandung telah menyumbang banjir untuk dirinya sendiri, dan ke kawasan di hilirnya.

Tanya: Apakah ada contoh kasus serupa di kota lain? 

Jawab: 

Contoh di Indonesia boleh dikatakan tidak ada, karena gerakan atau langkah yang dilakukan hanya sekilas, tidak berkelanjutan. Kalau di luar negeri banyak, misalnya di Jepang, Australia, Amerika, Jerman, dll negara yang telah menerapkan smart environment, misalnya membangun drainase berwawasan lingkungan, urban lake, yang intinya adalah “give more space for water”, terutama dalam rangka mengantisipasi perubahan iklim.


Tanya: Riset awal juga menunjukkan bahwa masalah pengelolaan sampah masih menjadi salah satu keprihatinan warga Bandung. Apa dan seberapa besar seharusnya potensi manfaat program Smart Environment dalam mengelola sampah di Kota Bandung?

Tujuan Pertanyaan: Mengukur potensi manfaat program Smart Environment dalam mengelola sampah di Kota Bandung

Jawab:  Seharusnya program smart environment dapat mengatasi masalah sampah, namun kenyataan sampah Kota Bandung masih banyak berserakan di sudut-sudut kota, juga memenuhi badan sungai dan drainase.


Tanya: Apa saja kendala dari pengurusan pengelolaan sampah di Kota Bandung? 

Jawab: 

  • Warga masih enggan mengelola sampah rumah tangganya, tidak berminat untuk 3 R (reduce, reuse, recycle), walaupun mereka tahu.
  • Warga menganggap pengelolaan sampah adalah urusan pemerintah, padahal sampah adalah urusan bersama seluruh stakeholders.
  • Warga masih berfikir yang penting sampah “not in my backyard” (NIMBY)
  • Pemerintah dan pejabatnya tidak memberi contoh positif
  • Penyuluh kebersihan tidak ada
  • TPS dan TPA masih merupakan program pembuangan sampah, bukan pengelolaan sampah.
  • Teknologi persampahan masih kuno, hanya memindahkan sampah ke tempat lain
  • dll

Tanya: Bagaimana Smart Environment dapat mengatasi kendala tersebut? 

Jawab: 

  • Seharusnya smart environmet untuk mengatasi kendala sampah ini antara lain: Peraturan tentang sampah Kota sebagai turunan dari peraturan perundangan di atasnya supaya tegas, reward and punishment.
  • Visi, Misi, Program, Anggaran, Skill, reward and punishment tentang sampah kota harus tegas dan fokus menuju Kota Bandung yang “zero waste”.

Tanya:Apakah ada contoh kasus serupa di kota lain? 

Jawab:

Contoh di Indonesia boleh dikatakan tidak ada, karena gerakan atau langkah yang dilakukan hanya sekilas, tidak berkelanjutan. Kalau di luar negeri banyak, misalnya di negara yang telah menerapkan smart environment tentang sampah, dengan membangun budaya mengelola sampah di rumah masing-masing. Kesadaran sampah saya adalah tanggung jawab saya. Bukan people should, tetapi people should clean.


Selengkapnya di Validsi Wawancara M2M Bandung- Smart Environment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *